BANJARBARU, dnusantarapost.com – Penutupan Hari Santri Nasional 2025 di Banjarbaru pada Rabu (29/10/2025) pagi menghadirkan puluhan santri dari Pondok Pesantren Wali Songo yang mempertunjukan aksi bela diri Pencak Silat Pagar Nusa yang memadukan ketangkasan dan keberanian.
Sebanyak 34 santri tampil memukau dengan ragam jurus dan teknik bela diri khas nusantara. Gerakan lincah dan terukur mereka berpadu dengan penggunaan berbagai senjata tradisional seperti celurit, toya, dan golok. Setiap gerakan bukan sekadar unjuk kekuatan, melainkan juga simbol keseimbangan antara keberanian, kehormatan, dan pengendalian diri.
Puncak penampilan semakin menegangkan ketika para santri mempertontonkan atraksi ketahanan tubuh ekstrem.
Mereka dengan percaya diri membengkokkan besi menggunakan tubuh, mematahkan batang tebu di dada, memecahkan batu bata dengan kepala, hingga berbaring di atas duri salak — semuanya dilakukan tanpa sedikit pun cedera.
Putra Setiawan, salah satu santri yang ikut tampil, mengungkapkan rasa bangganya bisa menunjukkan kemampuan di hadapan pejabat dan masyarakat Banjarbaru.
“Kami menampilkan jurus-jurus Pagar Nusa dan atraksi fisik seperti membengkokkan besi serta memecahkan batu bata. Ada 34 santri yang ikut ambil bagian dalam pertunjukan ini,” ucapnya penuh semangat.
Aksi para santri itu sukses mencuri perhatian seluruh peserta upacara dan masyarakat yang memadati sekitar lapangan. Setiap aksi berani disambut tepuk tangan meriah dan sorakan kagum.
Bagi warga yang menyaksikan, penampilan tersebut bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan disiplin, keberanian, dan semangat juang santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur pesantren.
“Mereka tidak hanya pandai mengaji, tapi juga tangguh secara fisik. Ini bukti santri masa kini serba bisa,” ujar Syaifuddin, warga Banjarbaru yang hadir di lokasi.
Dengan penampilan yang sarat makna dan energi, para santri Wali Songo berhasil menutup peringatan Hari Santri 2025 dengan kesan mendalam. Mereka menunjukkan bahwa santri bukan hanya penjaga moral dan spiritual bangsa, tetapi juga teladan ketangguhan dan kebanggaan Indonesia. (nurul octaviani)





